Adaro Energy Tbk (ADARO)

PT Adaro Energy is a large coal mining company in Indonesia. The company operates the largest single coal mine in the Southern globe. Adaro Energy operates under a first Generation of Coal Mining Concession Agreement (PKP2B) license that expires on October 1, 2022. In the 2011 Forbes Global 2000, Adaro Energy was ranked 1,527th – as the world's largest public company.

For coal companies, involving politically-exposed persons (PEP) at the national and regional levels is common in Indonesia. If observed more deeply, PEP from various backgrounds can be involved in the operation of coal mining businesses in East Kalimantan, such as:

  • Garibaldi Thohir - CEO and significant shareholder of Adaro Energy, one of the world's top coal exporters. First acquired a stake in Allied Indocoal in a joint venture with an Australian company then, with a partner, bought Adaro in 2005.
  • In addition, foreign companies sell their shares to Indonesian companies with political connections. the example is:
  • Hope Mining from Australia sold its shares in Adaro to the Rachmat/Soeryadjaya/Garibaldi family group in 2005 and handed over the management of Adaro's company to the new owner

 

Adaro Energy merupakan perusahaan energi yang terintegrasi secara vertikal di Indonesia dengan bisnis di sektor batu bara, energi, utilitas, dan infrastruktur pendukung. Lokasi utama tambang Adaro terletak di Kalimantan Selatan, tempat ditambangnya Envirocoal (batu bara termal dengan kadar polutan yang rendah). Selain di Kalimantan Selatan, konsesi Adaro yang terdiri dari 21 entitas juga berada di Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan. Luas konsesi Adaro beserta anak-anak usahanya sekitar 309.108 hektar.

Sejauh ini, areal tambang yang telah terbuka yaitu seluas 292.439,86 hektar. Di dalam izinnya, masih terdapat tutupan hutan lahan kering primer dan sekunder seluas 74.745,41 hektar dan 140,754,53 hektar. Tidak hanya itu, juga terdapat kawasan hutan lindung seluas 74.134,32 hektar dan kawasan hutan produksi seluas 138.226,02 hektar. Lebih lanjut, areal izin ber-IPPKH seluas 46.358,43 hektar. Dan luas tambang di luar IPPKH dalam kawasan hutan yaitu seluas 15.552,64 hektar yang terditeksi di kawasan hutan produksi. Berikut peta konsesi areal Adaro (Sumber: WebGIS ESDM Tahun 2021).

Berdasarkan Akta Notaris HUMBERG LIE, SH., SE., M.KN. dengan Nomor Akta : 141 tertanggal 22 November 2016 PT. ADARO Indonesia disebutkan sebagai perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang bersifat tertutup dengan susunan Pengurus dan Pemilik PT. ADARO Indonesia adalah:

  1. JULIUS ASLAN, KOMISARIS
  2. BUDI RACHMAN, DIREKTUR
  3. MOHAMMAD SYAH INDRA AMAN, KOMISARIS
  4. HENDRI TAMRIN, DIREKTUR
  5. PT. DIANLIA SETYAMUKTI,
  6. PT. ALAM TRI ABADI,
  7. CHRISTIAN ARIANO RACHMAT, KOMISARIS
  8. PT. VISCAYA INVESTMENTS,
  9. GARILBALDI THOHIR, PRESIDEN KOMISARIS
  10. CHIA AH HOO, PRESIDEN DIREKTUR
  11. DAVID TENDIAN, KOMISARIS
  12. LUCKMAN, DIREKTUR
  13. ARI HARIADI, DIREKTUR
  14. EGAT INTERNATIONAL COMPANY LIMITED (THAILAND)
  15. ADISAK SURIYAVANAGUL (THAILAND), KOMISARIS 

PT Adaro Indonesia

PT Adaro Indonesia (AI) adalah perusahaan pertambangan terbesar dalam Grup Adaro, yang terutama menjalankan operasi pertambangan batu bara di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah berdasarkan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) dengan Pemerintah Indonesia hingga tahun 2022 dengan hak untuk memperpanjang periode kontrak berdasarkan persyaratan dan ketentuan dalam PKP2B maupun peraturan perundangundangan yang berlaku. Kepemilikan atas AI terdiri dari Electricity Generating Authority of Thailand International Company Limited (EGATi), perusahaan listrik negara Thailand, dan PT Alam Tri Abadi (ATA), anak perusahaan AE, dengan porsi 11,5% dan 88,5%. ATA memiliki kepemilikan langsung dan tidak langsung di AI.

Balangan Coal Companies

PT Semesta Centramas (SCM), PT Laskar Semesta Alam (LSA) dan PT Paramitha Cipta Sarana (PCS), yang masing-masing dimiliki ATA dengan porsi 75%, secara terpisah memegang IUP atas total area seluas 7.500 ha yang membentuk deposit Balangan Coal Companies. Tiga IUP ini merupakan bagian penting portofolio tambang batu bara Grup Adaro dengan memberikan tambahan sumber batu bara termal untuk mendukung operasi grup, dan dengan demikian menjamin keandalan pasokan. Batu bara yang diproduksi Balangan Coal Companies tidak hanya melengkapi batu bara AI, melainkan juga memperluas diversifikasi produk Grup Adaro. Seiring kemajuan operasi Balangan Coal Companies, upaya untuk mengembangkan pasar batu bara semakin diintensifkan untuk menanggapi peluang pertumbuhan dengan adanya dukungan peningkatan kapasitas produksi.

PT Makmur Sejahtera Wisesa

Merupakan perusahaan yang membangun, memiliki, dan mengoperasikan proyek pembangkit listrik pertama AEI, pembangkit listrik berkapasitas 2x30 MW di Tabalong, Kalimantan Selatan, yang menggerakkan operasi Adaro Indonesia. Pada tahun 2021, MSW melanjutkan program elektrifikasi tambang Adaro Indonesia, dengan menambah jumlah pompa listrik menjadi 52. Selain itu, MSW memproduksi listrik sebanyak 71.164 MWH dan mencapai faktor ketersediaan aktual 88,3%.

PT Tanjung Power Indonesia (TPI)

Merupakan suatu perusahaan konsorsium yang dimiliki AP (65%) dan PT EWP Indonesia (35%), perusahaan anak Korea East-West Power Co Ltd., yang didirikan untuk membangun dan mengoperasikan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara berkapasitas 2x100 MW di kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, dan menjual listrik ke PLN di bawah Perjanjian Jual Beli Listrik untuk periode 25 tahun sejak COD.

Adaro Metcoal Companies(AMC)

Adaro Metcoal Companies merupakan satu grup yang terdiri dari tujuh perusahaan pemegang PKP2B untuk tujuh area konsesi di Kalimantan Tengah dan Timur. PKP2B ini sekarang meliputi sumber daya sebesar 864 juta ton dan cadangan sebesar 89,03 juta ton batu bara metalurgi yang berkualitas tinggi.

AMC mencatat produksi batu bara sampai 1,88 juta ton pada tahun 2020, atau dua kali lipat produksi tahun 2019 yang mencapai 0,93 juta ton. Seluruh batu bara yang diproduksi pada tahun 2020 merupakan batu bara kokas keras dari konsesi Maruwai yang memulai produksi pada tahun ini. Konsesi Maruwai mengandung batu bara kokas keras mid vol kualitas tinggi dengan kandungan abu dan fosfor yang rendah.

PT Mustika Indah Permai(MIP)

Mustika Indah Permai (MIP) merupakan aset yang menandai bisnis pertama Grup Adaro di Sumatera Selatan. ATA memegang kepemilihan 75% atas MIP, yang memegang IUP atas area konsesi batu bara seluas 2.000 hektar di Kabupaten Lahat di Sumatera Selatan yang mengandung batu bara sub bituminus energi sedang dengan kandungan polutan sangat rendah. Perusahaan memulai produksi komersial dari MIP pada tahun 2019 dan pada tahun 2020 memproduksi dan menjual batu bara sampai 1,31 juta ton dan 1,28 juta ton. Total pengupasan lapisan penutup dari MIP pada tahun 2020 tercatat mencapai 1,28 Mbcm, yang menghasilkan nisbah kupasa 0,98x untuk tahun ini.

PT Bukit Enim Energi(BEE)

Alam Tri Abadi (ATA) memegang 61,04% kepemilikan atas BEE yang memegang IUP atas area seluas sekitar 11.130 hektar dan mengandung formasi batu bara Muara Enim. BEE terletak 150 kilometer di barat daya Palembang, ibukota provinsi Sumatera Selatan. Pada tahun ini, perusahaan melanjutkan evaluasi geologi dan kegiatan eksplorasi pada properti ini serta mengevaluasi opsi-opsi pengembangan untuk batu bara ini.

PT Bhimasena Power Indonesia(BPI)

PT Adaro Power, bersama Electric Power Development Co.Ltd. (J-Power) dan Itochu Corporation, mendirikan PT Bhimasena Power Indonesia pada tahun 2011 untuk membangun PLTU berkapasitas 2x1.000 MW di kabupaten Batang, Jawa Tengah. Setelah rampung, pembangkit ini akan menjadi salah satu pembangkit pertama dan terbesar di Asia Tenggara yang menggunakan teknologi boiler ultra-supercritical (USC).

PT Bhakti Energi Persada

PT Bhakti Energi Persada (BEP) memiliki tujuh anak usaha yang masing-masing memiliki IUP sendiri yang secara total meliputi area sekitar 34.000 hektar di kabupaten Muara Wahau, Kutai Timur, Kalimantan Timur. AE memegang 10,22% kepemilikan atas BEP.

Ketujuh IUP ini mengandung deposit batu bara yang luas dan berkelanjutan dan terletak di dekat permukaan dengan estimasi sumber daya 3,3 miliar ton. Seluruh batu bara ini memiliki kandungan sulfur dan abu yang rendah namun dengan kandungan kelembaban yang tinggi. Sumber daya batu bara yang besar ini menawarkan sejumlah opsi pengembangan kepada BEP. Evaluasi atas opsi-opsi ini masih dilakukan, termasuk mengenai upgrade batu bara, batu bara menjadi bahan kimia dan terutama mengenai pembangkit listrik mulut tambang untuk memasok listrik ke jaringan PLN. Pada tahun ini, perusahaan terus melakukan pengawasan lingkungan dan program-program sosial di BEP.

Kestrel Coal Mine (Kestrel)

Kestrel merupakan tambang batu bara metalurgi bawah tanah yang diakuisisi AE pada tahun 2018. Adaro Energy (48%) dan EMR Capital Ltd (52%) memiliki porsi 80% atas Kestrel. Berlokasi di Queensland, Australia, akuisisi atas Kestrel menandai bisnis pertama Grup Adaro di luar Indonesia. Akuisisi atas Kestrel ini juga merupakan sejarah penting dari ekspansi strategis portofolio batu bara metalurgi dan akan memperkuat posisi perusahaan di pasar batu bara metalurgi serta menunjang pertumbuhan AE di jangka waktu yang lebih panjang. Produk Kestrel merupakan batu bara kokas keras premium atau high volatile hard coking coal (HV HCC) yang memiliki kandungan abu dan fosfor rendah dan property dengan fluiditaans tinggi, sehingga menjadikannya komponen penting pada campuran coke oven feed

PT Adaro Minerals Indonesia(AMI)

merupakan perusahaan pertama di bawah naungan AEI yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). AMI menambang batu bara metalurgi melalui perusahaan anaknya. Terdapat lima perusahaan anak di bawah AMI yang masing-masing memiliki PKP2B. Secara kolektif, PKP2B ini mencakup area seluas 146.579 ha dengan total cadangan batu bara 170 juta ton dan total sumber daya batu bara 980 juta ton per Agustus 2021.

PT Maruwai Coal

PT Maruwai Coal adalah pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) Generasi III yang diberikan pada tanggal 19 Februari 1998 berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia (B.53/Pres/1/1998). Secara administratif, daerah konsesi Maruwai ini terletak pada dua provinsi yang termasuk dalam bagian wilayah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur yang kemudian dimekarkan menjadi Kabupaten Mahakam Ulu dan sebagian lagi di daerah Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah.

Luas konsesi awal adalah 99.600 Hektar, setelah dilakukan penciutan daerah tahap pertama seluas 25.070 Hektar menjadi seluas 74.530 Ha. Sesuai kemajuan eksplorasi, maka telah dilakukan penciutan kedua seluas 25.670 Ha, sehingga daerah konsesi menjadi 48.860 Ha. Kemudian pada tahun 2007, PT Maruwai Coal telah mengajukan penciutan akhir untuk melepaskan wilayah seluas 23.870 Ha, dan baru mendapatkan persetujuan berdasarkan keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral No. 371.K/30/DJB/2013 tanggal 6 Mei 2013 dengan wilayah akhir yang dipertahankan menjadi 24.990 Ha, keputusan ini berlaku surut sejak 19 September 2007.

PT Kalteng Coal

PT Kalteng Coal merupakan pemegang PKP2B Generasi III pada daerah konsesi seluas 91.360 hektar, yang kemudian telah dilakukan penciutan daerah tahap pertama seluas 22.410 Ha dan penciutan kedua seluas 23.700 Ha, sehingga daerah konsesi yang masih dipertahankan hasil penciutan kedua yaitu adalah seluas 45.240 Ha (49.53% dari 91.360 Ha). Wilayah konsesi PT Kalteng Coal, secara administratif terletak di Kecamatan Uut Murung, Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah.

Kepemilikan PT Kalteng Coal terdiri atas PT Alam Tri Abadi (99%) dan Coaltrade Services International Pte.Ltd (1%).

PT Sumber Barito Coal

PT Sumber Barito Coal adalah pemegang PKP2B Generasi III pada daerah konsesi seluas 100.300 hektar yang terletak di Kecamatan Uut Murung Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah, dan sebagian kecil termasuk daerah Kecamatan Long Iram, Kabupaten Mahakam Ulu (pemekaran Kabupaten Kutai Barat), Provinsi Kalimantan Timur.

Sumber Barito Coal telah melakukan Penciutan Wilayah tahap pertama seluas 30.150 hektar dan Penciutan Wilayah tahap kedua seluas 25.500 hektar, sehingga daerah konsesi yang masih dipertahankan saat ini adalah seluas 44.650 hektar atau sebesar 44,52 % dari wilayah awal. PT Sumber Barito Coal masih berkewajiban untuk melakukan Penciutan Wilayah tahap ketiga dengan wilayah yang dipertahankan maksimal seluas 25.000 hektar

Meskipun memiliki skor yang relatif lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang lain. Bukan berarti ADARO memiliki track record yang baik. Sepanjang 5 tahun terakhir pemberitaan media banyak menyoroti bagaimana ADARO melakukan pengindaran pajak dan melanggar hukum dalam operasinya. Beberapa kasus dan skandal yang dilakukan oleh ADARO antara lain:

Pada 2019 Global Witness sebuah LSM Internasional yang bekerja untuk memutuskan hubungan antara eksploitasi sumber data alam, konflik, kemiskinan, korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia di seluruh dunia menerbitkan laporan Taxing Times for Adaro yang mengungkap bagaimana ADARO melakukan penggelapan pajak lewat anak usahanya Coaltrade Services International di Singapura. Laporan tersebut memaparkan bahwa dari 2009-2017, ADARO melalui anak usahanya di Singapura, Coaltrade Services International membayar USD 125 juta atau lebih sedikit dari yang seharusnya dilakukan di Indonesia.

Global Witness mengatakan laporan keuangan ADARO menunjukkan nilai total komisi penjualan yang diterima Coaltrade dengan pajak rendah di Singapura meningkat rata-rata secara tahunan dari USD 4 juta sebelum 2009 menjadi USD 55 juta dari 2009-2017. Lebih dari 70 persen batu bara yang dijualnya berasal dari anak perusahaan Adaro Energy di Indonesia. Peningkatan pembayaran mendorong keuntungan di Singapura, dengan pengenaan rata-rata pajak tahunan 10 persen. Sedangkan keuntungan dari komisi perdagangan batu bara perseroan di Indonesia mungkin akan dikenakan pajak di Indonesia dengan tingkat lebih tinggi secara rata-rata tahunan sekitar 50 persen.

Sayangnya, hal ini tidak direspon terlalu serius oleh Dirjen Pajak, pada saat laporan tersebut dirilis, Dirjen Pajak hanya menyatakan akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan investigasi pada ADARO, sayangnya, hingga hari ini belum ada statement atas ADARO dari Dirjen Pajak maupun Kementerian Keuangan atas laporan ini. Yang mengejutkan, pada November 2019 Kementerian Keuangan justru memberikan penghargaan pada Adaro untuk kategori The Most Tax-Friendly Corporate pada acara Tempo Country Contributor Awards 2019.

Sebagai salah satu produsen batu bara terbesar di Indonesia, ADARO banyak melibatkan Political Exposed Person baik di tingkat nasional dan daerah di dalam manajemennya. Beberapa tokoh yang terlibat dalam pengoperasian usaha ADARO berdasarkan laporan Coalruption antara lain:

  • Raden Pardede (Adaro Energy, Komisaris Independen) – Wakil Koordinator Tim Asistensi Menteri Keuangan RI (2000 -2004); Ketua Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Indonesia (2004-2005); staff khusus Menteri Koordinator Perekonomian (2004-2005); Wakil Direktur PT Perusahaan Pengelola Aset (2004-2008)
  • Sandiaga Salahudin Uno (Adaro Energy, pemegang saham), Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta (2017-2018), Calon Wakil Presiden Pemilihan Presiden 2019, Mantan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra.
  • Theodore Permadi Rahmat (Adaro Energy, Wakil Presiden Komisaris) – anggota Dewan Ekonomi Nasional (1999-2000)
  • Letnan Kolonel (Purn.) Palgunadi Tatit Setyawan (Adaro Energy, Komisaris Independen) - Presiden Komisaris PT Jakarta Propertindo (2010-2013)

 

Kinerja Tambang Indonesia

Efforts to disclose information in the environmental field seem to be getting backwards. HGU as an instrument in the exploitation of state land is again declared as exempt information.

©2025. Copyright protected by law. Privacy Policy | Disclaimer